Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Klenteng Hong
San Kiong, Gudo Jombang menggelar peringatan empat tahun wafatnya KH
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Sabtu (7/12/2013). Acara yang dikemas
dalam sarasehan itu dihadiri sejumlah narasumber.
Diantaranya, KH Salahuddin Wahid (Pengasuh Ponpes Tebuireng), Joaquin F. Monseratte (Konjen Amerika Serikat), Putu Sutawaijaya (Seninaman), Inayah Wahid (putri Gus Dur), serta Bingky Irawan (tokoh pluralis). Sebelum seminar dimulai, panitia menyuguhkan penampilan budaya tionghoa. Semisal musik pengiring wayang potehi. Menariknya, para seniman memainkan isntrumen alat musik cina tapi irama syi'ir Gus Dur.
Toni Harsono, perwakilan Klenteng Hong San Kiong Gudo mengatakan, acara seresehan tersebut khusus untuk mengenang empat tahun meninggal guru bangsa, KH Abdurrahaman Wahid. "Gus Dur sangat berjasa terhadap warga Tionghoa. Lewat Gus Dur, kami bisa menikmati kebebasan. Wayang potehi, barongsay, bisa dimainkan di publik," kata Toni. [suf/ted]
Diantaranya, KH Salahuddin Wahid (Pengasuh Ponpes Tebuireng), Joaquin F. Monseratte (Konjen Amerika Serikat), Putu Sutawaijaya (Seninaman), Inayah Wahid (putri Gus Dur), serta Bingky Irawan (tokoh pluralis). Sebelum seminar dimulai, panitia menyuguhkan penampilan budaya tionghoa. Semisal musik pengiring wayang potehi. Menariknya, para seniman memainkan isntrumen alat musik cina tapi irama syi'ir Gus Dur.
Toni Harsono, perwakilan Klenteng Hong San Kiong Gudo mengatakan, acara seresehan tersebut khusus untuk mengenang empat tahun meninggal guru bangsa, KH Abdurrahaman Wahid. "Gus Dur sangat berjasa terhadap warga Tionghoa. Lewat Gus Dur, kami bisa menikmati kebebasan. Wayang potehi, barongsay, bisa dimainkan di publik," kata Toni. [suf/ted]