Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Sedikitnya 100 orang warga di Kabupaten Jombang terserang virus chikungunya. Mereka mengalami nyeri persendian hingga tidak bisa berjalan akibat gigitan nyamuk. Data tersebut terhitung mulai Januari hingga Mei 2014.
"Gejalannya diawali demam tinggi, setelah itu penderita mengalami nyeri pada seluruh persendian. Akibatnya, para penderita tidak bisa berjalan selama beberapa hari," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinskes) Jombang, dr Heri Wibowo, Rabu (4/6/2014).
Heri mengatakan, perubahan musim (pancaroba) sangat berpotensi merebaknya berbagai penyakit, salah satunya chikungunya. Pasalnya, nyamuk penyebab chikungunya juga dengan mudah berkembang biak. "Masa inkubasinya sekitar dua minggu. Sebenarnya chikungunya tidak berbahaya, namun cukup menganggu," katanya menambahkan.
Heri merinci, bulan Januari penderita chikungunya mencapai 52 orang. Penyakit akibat gigitan nyamuk itu mewabah di Kecamatan Bandar Kedungmulyo. Masing-masing Desa Tinggar dan Gondangmanis. Sedangkan bulan Februari, penderita chikungunya berjumlah 24 orang. Mereka berasal dari Kecamatan Bareng.
Menginjak bulan Maret, Kabupaten Jombang sepi dari virus chikungunya. Namun virus akibat gigitan nyamuk tersebut muncul lagi di bulan April, jumlahnya sebanyak 13 penderita. Belasan penderita itu berasal dari Desa Kebundalem dan Nglebak, Kecamatan Bareng. Sedangkan bulan Mei hanya tercatat 11 penderita chikungunya.
"Untuk bulan Juni ini kita masih melakukan pendataan. Informasinya ada beberapa orang di Kecamatan Ngoro yang terserang chikungunya," kata mantan Kepala Puskesmas Mojoagung, ini.
Sementara itu, Mukhsin Al Firdaus (27), warga Desa Kauman, Kecamatan Ngoro mengatakan, ia menderita serangan virus chikungunya sejak Senin pekan lalu. Awalnya, Mukhsin mengalami gejala demam sampai menggigil. Setelah itu, persendian sakit dan badan kaku. Sempat kejang dan keluar keringat dingin.
Hal serupa juga dialami Atik Dwi Mei Fatmawati (35) dan Muhammad Abu Sairi (70), warga Kauman lainnya. Namun seiring waktu, serangan virus tersebut mulai mereda. "Alhamdulillah sekarang mulai membaik. Padahal, saya selama seminggu tidak bisa jalan," kata Mukhsin. [suf/kun]
Jombang (beritajatim.com) - Sedikitnya 100 orang warga di Kabupaten Jombang terserang virus chikungunya. Mereka mengalami nyeri persendian hingga tidak bisa berjalan akibat gigitan nyamuk. Data tersebut terhitung mulai Januari hingga Mei 2014.
"Gejalannya diawali demam tinggi, setelah itu penderita mengalami nyeri pada seluruh persendian. Akibatnya, para penderita tidak bisa berjalan selama beberapa hari," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinskes) Jombang, dr Heri Wibowo, Rabu (4/6/2014).
Heri mengatakan, perubahan musim (pancaroba) sangat berpotensi merebaknya berbagai penyakit, salah satunya chikungunya. Pasalnya, nyamuk penyebab chikungunya juga dengan mudah berkembang biak. "Masa inkubasinya sekitar dua minggu. Sebenarnya chikungunya tidak berbahaya, namun cukup menganggu," katanya menambahkan.
Heri merinci, bulan Januari penderita chikungunya mencapai 52 orang. Penyakit akibat gigitan nyamuk itu mewabah di Kecamatan Bandar Kedungmulyo. Masing-masing Desa Tinggar dan Gondangmanis. Sedangkan bulan Februari, penderita chikungunya berjumlah 24 orang. Mereka berasal dari Kecamatan Bareng.
Menginjak bulan Maret, Kabupaten Jombang sepi dari virus chikungunya. Namun virus akibat gigitan nyamuk tersebut muncul lagi di bulan April, jumlahnya sebanyak 13 penderita. Belasan penderita itu berasal dari Desa Kebundalem dan Nglebak, Kecamatan Bareng. Sedangkan bulan Mei hanya tercatat 11 penderita chikungunya.
"Untuk bulan Juni ini kita masih melakukan pendataan. Informasinya ada beberapa orang di Kecamatan Ngoro yang terserang chikungunya," kata mantan Kepala Puskesmas Mojoagung, ini.
Sementara itu, Mukhsin Al Firdaus (27), warga Desa Kauman, Kecamatan Ngoro mengatakan, ia menderita serangan virus chikungunya sejak Senin pekan lalu. Awalnya, Mukhsin mengalami gejala demam sampai menggigil. Setelah itu, persendian sakit dan badan kaku. Sempat kejang dan keluar keringat dingin.
Hal serupa juga dialami Atik Dwi Mei Fatmawati (35) dan Muhammad Abu Sairi (70), warga Kauman lainnya. Namun seiring waktu, serangan virus tersebut mulai mereda. "Alhamdulillah sekarang mulai membaik. Padahal, saya selama seminggu tidak bisa jalan," kata Mukhsin. [suf/kun]