Rabu, 6 Februari 2013 12:10 WIB
KOMPAS/PRIYOMBODO
Laporan dari Sutono wartawan surya
JOMBANG - Para penjual daging sapi di sejumlah pasar tradisional kembali menjerit.
Ini
karena harga daging sapi kembali menjulang dengan tingkat kenaikan
hingga Rp 8.000. Akibatnya, harga daging sapi berada berkisar Rp 80.000
hingga Rp 85.000.
Muji, salah satu pedagang daging sapi di Pasar Legi Citra Niaga (PLN) Jombang mengisahkan, kenaikan daging mulai terjadi sejak Sabtu (2/2/2013) lalu. Semula, imbuh Muji, tingkat kenaikan hanya Rp 3.000.
Tapi kemudian setiap hari naik, dengan tingkat kenaikan lebih tinggi.
Muji, salah satu pedagang daging sapi di Pasar Legi Citra Niaga (PLN) Jombang mengisahkan, kenaikan daging mulai terjadi sejak Sabtu (2/2/2013) lalu. Semula, imbuh Muji, tingkat kenaikan hanya Rp 3.000.
Tapi kemudian setiap hari naik, dengan tingkat kenaikan lebih tinggi.
“Sekarang ini setiap kilogram harga jual eceran Rp 85 ribu. Padahal,
sebelumnya juga sudah cukup tinggi, yaitu Rp 73 ribu per kilogram,”
kata Muji, Rabu (6/2/2013).
Tingginya harga daging sapi itu membuat omzet Muji dan para pedagang lain di PLCN turun.
Tingginya harga daging sapi itu membuat omzet Muji dan para pedagang lain di PLCN turun.
“Sebelumnya, tiap hari bisa jual 30 kilogram. Sekarang ini
menghabiskan 20 kilogram saja sudah harus berjualan sampai sore,” terang
Satik, pedagang lainnya.
Hal yang sama juga dialami Mutoharoh. “Kalau biasanya minimal laku 10 kilogram, sekarang tinggal tiga sampai lima kilogram. Sehingga sisanya harus di simpan dengan es,” bebernya.
Wiji, pedagang yang sebelumnya cukup besar omzetnya, juga bernasib serupa, bahkan penurunan omzet lebih besar, sekitar 40 persen.
Hal yang sama juga dialami Mutoharoh. “Kalau biasanya minimal laku 10 kilogram, sekarang tinggal tiga sampai lima kilogram. Sehingga sisanya harus di simpan dengan es,” bebernya.
Wiji, pedagang yang sebelumnya cukup besar omzetnya, juga bernasib serupa, bahkan penurunan omzet lebih besar, sekitar 40 persen.
“Biasanya sehari saya bisa jual 90 kilogram. Tapi kini cuma 60 kilogram,” keluh Wiji.
Wiji mengaku, banyak pelanggannya, baik pemilik warung nasi maupun pedagang bakso, beralih ke bahan baku daging ayam yang memang lebih murah harganya.
Penurunan omzet juga dialami jagal. Mugiwati misalnya. Sebelumnya, dia biasa memotong tiga hingga empat ekor sapi setiap hari. Tapi sekarang, Cuma satu ekor per hari.
Wiji mengaku, banyak pelanggannya, baik pemilik warung nasi maupun pedagang bakso, beralih ke bahan baku daging ayam yang memang lebih murah harganya.
Penurunan omzet juga dialami jagal. Mugiwati misalnya. Sebelumnya, dia biasa memotong tiga hingga empat ekor sapi setiap hari. Tapi sekarang, Cuma satu ekor per hari.
“Ini karena
harga sapi memang naik. Kalau sebelumnya Rp 10 juta sudah dapat satu
ekor sapi ukuran besar, sekarang minimal Rp 11 juta,” paparnya.
Itulah sebabnya, dia berharap pemerintah kembali membuka kran impor sapi.
“Sekarang ini sulit cari sapi. Sebab sapi impor tidak ada. Kalau ada sapi impor, pedagang maupun pembeli pasti tak kesulitan seperti sekarang ini,” paparnya
“Sekarang ini sulit cari sapi. Sebab sapi impor tidak ada. Kalau ada sapi impor, pedagang maupun pembeli pasti tak kesulitan seperti sekarang ini,” paparnya