Reporter : Yusuf Wibisono
Jombang (beritajatim.com) - Pasangan
capres-cawapres Prabowo Subianto - Hatta Rajasa mengalami kekalahan yang
cukup telak di Kabupaten Jombang yang notebene basis NU (Nahdlatul
Ulama). Hal itu diketahui setelah KPU setempat merampungkan penghitungan
di 21 kecamatan, Rabu (16/7/2014).
Dari rekapitulasi tersebut, pasangan nomor urut 1 itu hanya mendapatkan 303.115 suara atau setara 42,44 persen. Sedangkan pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla (Jokowi-JK) unggul dengan memperoleh 411.112 suara atau 57,56 persen. Sedangkan suara sah dalam pilpres tersebut mencapai 714.227 suara. Pasangan nomor urut 2 ini menyapu bersih kemenangan di 20 kecamatan, sedangan Prabowo-Hatta hanya menang di Kecamatan Plandaan.
Di Kecamatan tersebut pasangan Prabowo-Hatta meraup 12.794 suara, sementara Jokowi-JK hanya mendapatkan 10.781 suara. "Berdasarkan rekapitulasi hari ini, pasangan Jokowi-JK unggul di Jombang sekitar 57,56 persen. Sedangkan Prabowo-Hatta mendapatkan 42,44 persen," kata Muhaimin Sofie, Ketua KPU Kabupaten Jombang.
Kekalahan pasangan yang diusung koalisi merah putih ini cukup mengagetkan publik Jombang. Pasalnya, pasangan tersebut disokong oleh penguasa di Kabupaten Jombang. Diantaranya, Bupati Nyono Suharli Wihandoko dan Wabup Mundjidah Wahab menjadi penasehat dalam tim tersebut. Apalagi, saat pemilihan bupati tahun lalu, koalisi tersebut juga berhasil memenangkan pertarungan.
Sementara itu, selesainya rekapitulasi suara pilpres di Jombang tidak membuat legowo tim saksi pasangan Prabowo-Hatta. Betapa tidak, saksi tersebut tidak mau menandatangani hasil rekapitulasi. "Kami keberatan dengan hasil rekapitulasi ini. Karena ada beberapa indikasi tidak benar. Semisal, jumlah pemilih yang menggunakan KTP di Desa Bandung, Diwek jumlahnya lebih dari 2 persen dari DPT (Daftar Pemilih Tetap)," kata M Arifin, salah satu saksi tim Prabowo-Hatta.
Ketua KPU Jombang Muhaimin Sofie menjelaskan, ia tidak mempermaslahkan jika ada saksi tidak mau tandatangan berita acara. "Meski ada saksi yang tidak tandatangan berita acara, namun hal tersebut tidak mempengaruhi hasil. Jadi hasil ini tetap sah," kata Muhaimin menegaskan. [suf/but]
Dari rekapitulasi tersebut, pasangan nomor urut 1 itu hanya mendapatkan 303.115 suara atau setara 42,44 persen. Sedangkan pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla (Jokowi-JK) unggul dengan memperoleh 411.112 suara atau 57,56 persen. Sedangkan suara sah dalam pilpres tersebut mencapai 714.227 suara. Pasangan nomor urut 2 ini menyapu bersih kemenangan di 20 kecamatan, sedangan Prabowo-Hatta hanya menang di Kecamatan Plandaan.
Di Kecamatan tersebut pasangan Prabowo-Hatta meraup 12.794 suara, sementara Jokowi-JK hanya mendapatkan 10.781 suara. "Berdasarkan rekapitulasi hari ini, pasangan Jokowi-JK unggul di Jombang sekitar 57,56 persen. Sedangkan Prabowo-Hatta mendapatkan 42,44 persen," kata Muhaimin Sofie, Ketua KPU Kabupaten Jombang.
Kekalahan pasangan yang diusung koalisi merah putih ini cukup mengagetkan publik Jombang. Pasalnya, pasangan tersebut disokong oleh penguasa di Kabupaten Jombang. Diantaranya, Bupati Nyono Suharli Wihandoko dan Wabup Mundjidah Wahab menjadi penasehat dalam tim tersebut. Apalagi, saat pemilihan bupati tahun lalu, koalisi tersebut juga berhasil memenangkan pertarungan.
Sementara itu, selesainya rekapitulasi suara pilpres di Jombang tidak membuat legowo tim saksi pasangan Prabowo-Hatta. Betapa tidak, saksi tersebut tidak mau menandatangani hasil rekapitulasi. "Kami keberatan dengan hasil rekapitulasi ini. Karena ada beberapa indikasi tidak benar. Semisal, jumlah pemilih yang menggunakan KTP di Desa Bandung, Diwek jumlahnya lebih dari 2 persen dari DPT (Daftar Pemilih Tetap)," kata M Arifin, salah satu saksi tim Prabowo-Hatta.
Ketua KPU Jombang Muhaimin Sofie menjelaskan, ia tidak mempermaslahkan jika ada saksi tidak mau tandatangan berita acara. "Meski ada saksi yang tidak tandatangan berita acara, namun hal tersebut tidak mempengaruhi hasil. Jadi hasil ini tetap sah," kata Muhaimin menegaskan. [suf/but]