Reporter : Yusuf Wibisono
Sedangkan pembicara lainnya adalah Bingki Irawan, Pendeta Simon Filantropa, serta KH Salahduddin Wahid atau Gus Solah. Para narasumber tersebut membincang pemikiran Gus Dur yang kerap mengundang kontroversi. Semisal soal wacana Gus Dur membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Acara peringatan empat tahun meninggalnya Gus Dur itu juga menampilkan sejumlah kesenian tradisional. Diantaranya, tari remo dari Jombang, pembacaan puisi, atraksi bambu gila dari Ambon, serta vokal grup dari gereja. "Acara ini untuk mendandai 4 tahun meninggalnya Gus Dur. Sekaligus untuk menggali pemikiran Gus Dur," ujar Aan Anshori, salah satu panitia.
Bingki Irawan dalam forum itu lebih banyak menceritakan pengalamannya selama dekat dengan Gus Dur. Yakni ketika dirinya diajak berjunjung ke Tiongkok. Hanya saja waktu itu Bingki dimarahi oleh Gus Dur karena keluar dari acara tanpa pamit.
Ia juga menceritakan pengalamannya ditangkap oleh Kodam/V Brawijaya lantaran menggelar atraksi barongsai. Nah, saat ditangkap oleh Kodim itulah warga Tionghoa ini dibela oleh Gus Dur. "Saat itu zaman orde baru, menggelar kesenian china masih tabu. Bahkan sayang dianggap PKI," kata Bingki berkisah.
Lain lagi dengan Gus Solah. Adik kandung Gus Dur ini lebih banyak mengekplorasi kondisi lingkungan yang membuat kakanya menjadi sosok yang berani dan egaliter. Menurut Gus Solah, sejak kecil ia dan saudara-saudaranya selalu diajarkan untuk menghargai perbedaan. Ia juga diajarkan oleh orangtuanya untuk bersikap egaliter.
"Makanya kami waktu kecil disekolahkan di sekolah yang muridnya kebanyakan beragama kristen. Makanya kami sekeluarga selalu menghargai perbedaan," ujar pengasuh pondok pesantren Tebuireng Jombang, ini.
Sementara itu AS Hikam mengupas tentang bukunya. Buku itu menurut As Hikam mengupas seluruh sosok Gus Dur. Adapula wawancara imajiner dengan mantan Ketua Umum PBNU. "Buku ini sangat ringan dan bisa dibaca oleh semua kalangan," pungkas Hikam. [suf/but]